Syarat terjadinya Hubungan Sosial adalah Komunikasi karena Seseorang dapat
Dailyvaldi.us – Ah, komunikasi. Saya kira semua orang setuju kalau ini adalah kunci utama dalam membangun hubungan sosial yang efektif. Tapi, mungkin tidak semua dari kita benar-benar memahami betapa pentingnya komunikasi yang jelas dan tepat waktu. Sejujurnya, saya juga pernah merasa "ya, komunikasi tuh penting," tapi tidak sepenuhnya menyadari seberapa besar pengaruhnya terhadap hubungan kita sehari-hari entah itu dengan teman, keluarga, atau rekan kerja.
Dulu, saya selalu berpikir bahwa komunikasi hanya soal menyampaikan pesan atau berbagi informasi. Ternyata, setelah beberapa kali mengalami kesalahpahaman dengan orang-orang terdekat, saya jadi sadar bahwa komunikasi lebih dari sekadar bicara atau mendengarkan. Ini juga tentang bagaimana kita membuat orang lain merasa dimengerti. Kadang-kadang, kita bisa bilang sesuatu dengan maksud tertentu, tapi orang lain justru menafsirkannya dengan cara yang berbeda. Dari sinilah kesalahpahaman mulai muncul, dan terkadang kalau tidak segera diluruskan bisa merusak hubungan yang sudah kita bangun.
Salah satu pengalaman yang menurut saya paling membuka mata terjadi saat saya bekerja dalam tim untuk menyelesaikan proyek. Kami semua memiliki tujuan yang sama, tapi di tengah jalan, rasanya kok jadi kacau. Banyak hal yang akhirnya nggak sesuai ekspektasi, dan suasana tim jadi nggak enak. Setelah saya pikir-pikir, ternyata penyebab utamanya adalah komunikasi yang kurang efektif. Kami sering berbicara satu sama lain, tapi kami tidak benar-benar mendengarkan. Jadi, kita bukannya kerja sama, tapi malah jalan masing-masing, karena merasa kurang dimengerti.
Nah, dari pengalaman itu, saya mulai belajar beberapa hal penting soal komunikasi dalam hubungan sosial yang efektif, yang ingin saya bagikan di sini:
Jangan Cuma Bicara, Tapi Dengarkan Juga
Kelihatannya sederhana, tapi seringkali kita cuma mendengarkan sekilas lalu buru-buru mengeluarkan pendapat sendiri. Padahal, dengan benar-benar mendengarkan bukan cuma “iya iya” aja kita bisa memahami apa yang sebenarnya orang lain butuhkan atau harapkan. Terkadang, kita terlalu sibuk menyiapkan jawaban sehingga lupa fokus pada kata-kata yang diucapkan lawan bicara kita.
Jangan Asumsi! Tanyakan Jika Ragu
Pernah nggak, ketika seseorang mengatakan sesuatu, kita langsung berpikir, "Oh, pasti maksudnya ini." Nah, inilah salah satu jebakan besar dalam komunikasi. Saya pernah membuat asumsi tentang apa yang dipikirkan orang lain, dan seringkali berakhir salah. Asumsi hanya akan menimbulkan jarak, dan membuat kita semakin sulit memahami satu sama lain. Kalau ada sesuatu yang kurang jelas, tanyakan! Ini memang kelihatan sepele, tapi percayalah, bertanya adalah cara terbaik untuk menghindari konflik yang tidak perlu.
Perhatikan Bahasa Tubuh
Saya pernah membaca bahwa komunikasi sebenarnya lebih banyak terjadi melalui bahasa tubuh dibandingkan dengan kata-kata. Dan, pengalaman saya menunjukkan hal itu benar adanya. Sering kali, seseorang mengatakan “ya” atau mengangguk, tapi dari ekspresi wajahnya, terlihat dia sebenarnya tidak setuju atau tidak nyaman. Bahasa tubuh bisa memberikan sinyal yang jelas tentang bagaimana perasaan seseorang. Jadi, kalau kita ingin membangun hubungan sosial yang lebih dalam, cobalah untuk lebih peka terhadap tanda-tanda non-verbal ini.
Jujur, Tapi Tetap Jaga Perasaan
Jujur itu penting, tapi jujur tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain justru bisa membuat hubungan semakin renggang. Ada kalanya kita harus jujur meskipun mungkin terasa sulit, tapi pastikan kita menyampaikannya dengan cara yang tidak menyakiti. Dulu, saya pernah blak-blakan menyampaikan pendapat tanpa mempertimbangkan cara penyampaiannya. Hasilnya? Bukannya mendapat tanggapan positif, saya malah dianggap terlalu kasar. Ini pelajaran besar bagi saya, bahwa jujur harus dibarengi dengan empati.
Beri Ruang untuk Dialog Dua Arah
Dalam komunikasi yang efektif, kita nggak bisa hanya memaksakan pendapat kita sendiri. Sebaliknya, kita perlu memberikan kesempatan bagi orang lain untuk menyampaikan pandangan mereka juga. Ini adalah salah satu prinsip komunikasi yang sering saya terapkan, terutama saat berdiskusi soal topik yang cukup sensitif. Memberi ruang untuk orang lain berbicara membuat mereka merasa dihargai dan lebih nyaman berbicara jujur. Dari situ, hubungan bisa terjalin lebih erat, dan kepercayaan satu sama lain pun terbentuk.
Jangan Lupa Berterima Kasih
Hal kecil seperti ucapan "terima kasih" sebenarnya punya pengaruh besar, lho. Kita mungkin merasa sudah melakukan semuanya dengan benar, tapi sering kali lupa mengapresiasi orang lain. Pernah suatu kali, saya merasa bahwa hubungan saya dengan teman jadi agak renggang. Setelah mencoba introspeksi, saya sadar mungkin saya jarang memberikan apresiasi. Ternyata benar, setelah saya mulai menunjukkan rasa terima kasih, komunikasi kami jadi jauh lebih lancar. Terasa banget, hubungan jadi lebih akrab dan terbuka.
Intinya, komunikasi adalah pondasi dari semua hubungan sosial. Tanpa komunikasi yang baik, hubungan apa pun baik itu di tempat kerja, dalam keluarga, atau pertemanan akan terasa hambar dan mudah terguncang saat ada masalah. Komunikasi yang baik memang tidak datang begitu saja, tapi harus dilatih dan diperbaiki terus-menerus. Dengan saling menghargai, mendengarkan, dan jujur, kita bisa membangun hubungan yang sehat dan solid dengan orang-orang di sekitar kita.